Kitakini.news - Kenaikan Harga sejumlah bahan pangan pokok terjadi di Sumatera Utara (Sumut) sejak awal Agustus 2024. Ekonom pun memperkirakan Sumut akan mengalami inflasi lagi, pasca 2 bulan deflasi. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut pun diminta lebih waspada lagi, sehingga tidak terjadi inflasi yang tinggi.
"Karena capaian inflasi tahun berjalan yang rendah belakangan ini, bukan jaminan bahwa inflasi Sumut akan dengan mudah dikendalikan hingga tutup tahun 2024," ucap ekonom Sumut Gunawan Benjamin, Senin (12/8/2024).
Hal ini diungkapnya lantaran fakta di pasar tradisional, rata-rata komoditas pangan penyumbang inflasi ditransaksikan mahal. Cabai merah misalnya, ditransaksikan pada kisaran Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per Kg. Menurut dia, kenaikan harga cabai merah didorong oleh pemintaan yang cukup tinggi dari luar wilayah Sumut seperti Riau.
"Dari temuan di lapangan, ada permintaan cabai merah ke wilayah Kabupaten Karo untuk dijual ke Riau. Permintaan ini mengejutkan pasar, karena biasanya Riau baru akan melakukan proses bidding (permintaan) cabai merah ke Sumut pada bulan September mendatang," tutur Gunawan.
Setelah cabai merah, selanjutnya ada tomat yang mulai mengalami kenaikan. Meskipun masih dikisaran Rp6 ribu hingga Rp 9 ribu per kg, namun kenaikan harga tomat ini sudah lebih tinggi dari kenaikan bulan sebelumnya ditransaksikan pada kisaran Rp 3 ribu hingga Rp 7 ribu per Kg.
Selanjutnya ada minyak goreng yang pada dasarnya sudah naik sejak bulan Juli lalu. Dan kalau ditarik data ke bulan Agustus, minyak goreng tetap berpeluang sumbang inflasi nantinya.
"Makanya satu hal yang perlu dicamkan baik-baik buat TPID. Sekalipun Sumut lebih diuntungkan dari sisi cuaca dibandingkan dengan wilayah lainnya, tetapi Sumut akan tetap mendapatkan dampak negatif dari buruknya cuaca di wilayah lain. Dan kenaikan harga cabai merah sudah membuktikannya sejauh ini," pungkasnya.