Kitakini.news - Sejumlah pengamat menyambut baik rencanaMuhammadiyah untuk ikut membesarkan BTN Syariah dalam bentuk pengendalianbersama. Hal tersebut bukan hanya dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitasBTN Syariah, juga memberikan dampak signifikan kepada industri keuangan syariahdi negeri ini.
Dengan kolaborasi tersebut, BTN Syariah nantinya memilikiakses dana murah yang melimpah dan potensi pembiayaan ke ekosistem Amal UsahaMuhammadiyah. Sementara Muhammadiyah mendapatkan kesempatan terbaik untukkembali ke industri perbankan syariah, meneruskan visi besar para pendiri dalammemajukan dan memberdayakan ekonomi umat.
"Jadi atau tidaknya kemitraan strategis itu hanya Muhammadiyahdan BTN yang tahu. Tapi kami hanya bisa mendoakan yang baik karena apabilamereka bersatu dalam sebuah kepemilikan bank syariah, dampaknya ke industriakan signifikan. Mereka bisa menjadi sparring partner yang tangguh bagi BankSyariah Indonesia (BSI) untuk bersama sama memajukan ekonomi syariah," kataDirektur Komite Nasional Keuangan Ekonomi Syariah (KNKES) Sutan Emir Hidayat melaluiketerangan tertulisnya yang diterima redaksi, Senin (26/8/2024).
Emir menjelaskan salah satu tantangan utama industri keuangansyariah saat ini adalah permodalan dan kapasitas pembiayaan. Untuk itudibutuhkan banyak pemain baru dengan skala aset yang jauh lebih besar sehinggadapat mendorong percepatan pertumbuhan industri.
"Kami setuju dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwapemain baru dengan skala lebih besar harus terus dimunculkan demi industrikeuangan syariah yang lebih sehat, lebih kuat dan dapat tumbuh secaraberkelanjutan. Pada titik ini, kami melihat rencana Muhammadiyah di BTN Syariahmenjadi relevan," imbuh Emir.
Dengan munculnya pemain baru dengan skala aset yang lebih besar,maka gap antara industri keuangan konvensional dan syariah bisa terusdiperkecil.
"Konsolidasi itu merupakan hal positif karenamenghasilkan bank yang kuat secara permodalan dan fundamental yang kokoh untukikut menopang pertumbuhan industri perbankan syariah," terangnya.
Sementara itu, Direktur Segara Research Institute PiterAbdullah menjelaskan faktor kepemilikan saham menjadi penting karena terkaitvoting rights, dan penempatan personel di jajaran direksi maupun komisaris.
Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyah tentuingin menempatkan kadernya di kepengurusan bank untuk memastikan bahwa visimisi besar para pendirinya dalam mensejahterakan dan memajukan ekonomi warganyaberdasarkan prinsip syariah, dapat terwujud.
"Mereka belajar dari kemitraan dengan bank syariah sebelumnyabahwa tanpa ikut menjadi pemegang saham pengendali, mimpi besar itu sulitterealisasi. Pengendalian bersama sama menjadi pilihan paling rasional daripadamenjalankan sendiri," kata Piter yang juga aktif sebagai anggota BadanSupervisi Bank Indonesia (BSBI).
Piter menjelaskan, Muhammadiyah dulu pernah punya banksyariah, namanya Bank Persyarikatan. Akibat salah urus dan kesulitan modal,bank ini akhirnya dilepas ke investor strategis lain dan kini dikenal sebagaiKB Syariah (Bukopin Syariah).
"Meski pernah punya pengalaman pahit di masa lampau,Muhammadiyah tetap punya keinginan memiliki bank syariah sendiri. Tapi, belajardari masa lalu, mereka kini membutuhkan partner strategis yang disokongpermodalan kuat dan berpengalaman dalam penerapan manajemen risiko. Syaratideal ini hanya bisa dipenuhi oleh Institusi Finansial, terutama bank,"katanya.
Gelagat Muhammadiyah dan BTN mulai terendus ketika keduanyamengadakan pertemuan di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Pada acarapenandatangan MoU kerjasama, petinggi kedua institusi ini saling memberikanpujian.
Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu mengapresiasi peranhistoris lembaga atau amal usaha Muhammadiyah dalam menggerakkan ekonomi,mengentaskan kemiskinan dan mensejahterakan warga nya.
"Muhammadiyah terbukti memainkan peran sangat penting dalampenerapan prinsip ekonomi syariah di negeri ini. Muhammadiyah melalui lembagaamal dan ekosistem ekonominya juga terus berikhtiar mengikis kesenjangansosial. Kami mengagumi konsistensi mereka," kata Nixon.
Sementara Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah HaedarNashir menaruh harapan besar kepada lembaga keuangan untuk mengimplementasikanTeologi Al Maun sebagaimana digagas Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah,yang terus diamalkan oleh puluhan juta pengikutnya hingga saat ini.
Teologi yang bersumber dari Surah Alquran ke 107 inilah yangmenjadi salah satu filosofi Muhammadiyah dalam menjalankan amaliyah nya sebagailembaga kemasyarakatan.
"Ekonomi dan keuangan syariah dalam teologi al-Maun harusmampu hadir secara nyata dan makin baik untuk mengangkat harkat, martabat, dankemajuan UMKM dan memecahkan masalah kemiskinan, kesenjangan sosial, danproblem-problem ekonomi yang sehari-hari dihadapi umat dan masyarakat luas,"kata Haedar. (**)