Kitakini.news -
Tanaman kumis kucing mendadak menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah berita mengenai seorang pria di Semarang yang mengonsumsi daging kucing untuk mengobati diabetes.
Kejadian ini mengejutkan banyak orang karena selama ini tanaman kumis kucing dikenal sebagai salah satu solusi herbal untuk diabetes, bukan daging kucing.
Menanggapi hal ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) memberikan klarifikasi terkait manfaat dan keamanan tanaman kumis kucing. Tanaman kumis kucing, atau Orthosiphon aristatus, dikenal luas sebagai obat tradisional dengan berbagai manfaat kesehatan.
BPOM RI mengonfirmasi bahwa tanaman ini memang dipercaya dapat membantu mengatasi diabetes, serta memiliki khasiat lain seperti mengatasi gangguan saluran kemih, memperlancar buang air kecil, dan membantu mengatasi masalah batu ginjal.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM RI, Mohammad Kashuri, SSi, Apt, MFarm, menjelaskan bahwa banyak produk obat herbal yang mengandung tanaman kumis kucing telah memperoleh izin edar dari BPOM.
"Tanaman kumis kucing telah digunakan secara luas dalam obat tradisional, dan banyak produk yang mengandungnya telah memiliki izin edar dari Badan POM," ujar Kashuri dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/8/2024).
Kashuri juga menekankan pentingnya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat herbal, termasuk yang mengandung kumis kucing.
"Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai penggunaan obat herbal untuk memastikan bahwa pengobatan yang dilakukan tidak mengganggu proses perawatan konvensional yang mungkin diperlukan," jelasnya.
BPOM RI juga mengingatkan masyarakat untuk memastikan bahwa produk herbal yang dibeli memiliki izin edar resmi dan diperoleh dari sumber yang terpercaya.
"Periksa izin edar dan beli produk dari tempat yang resmi untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya," tambah Kashuri.
Dengan penjelasan dari BPOM ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami manfaat dan batasan penggunaan tanaman kumis kucing, serta lebih bijak dalam memilih metode pengobatan untuk diabetes dan masalah kesehatan lainnya.*