Kitakini.news -Enam daerah di Indonesia diduga mengalami
kontaminasi Bisfenol A (BPA) pada air minum dalam kemasan (AMDK) galon, yaitu Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara.
Temuan ini menimbulkan kekhawatiran dari pakar kesehatan mengenai bahaya paparan
BPA yang berasal dari galon polikarbonat, terutama saat proses distribusi.
Paparan panas sinar matahari selama transportasi dengan truk terbuka menjadi salah satu faktor utama terlepasnya BPA dari kemasan galon ke dalam air minum. Menurut dr. I Made Oka Negara dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, "Galon ini bisa terpapar panas selama proses distribusi, bahkan meskipun tidak langsung terkena sinar matahari, galon diangkut dengan truk terbuka sehingga berisiko terpapar sinar UV yang memicu pelepasan BPA."
Hasil penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2021-2022 menemukan kadar BPA yang melebihi ambang batas 0,6 ppm di beberapa daerah, termasuk Medan dan Jakarta. BPOM mencatat bahwa 3,4 persen dari distribusi AMDK galon di daerah-daerah ini menunjukkan kadar BPA yang mengkhawatirkan. Sebagian besar masalah kontaminasi ini terjadi di sarana distribusi, di mana perlakuan yang tidak tepat seperti paparan sinar matahari langsung dan penanganan yang kasar dapat mempercepat migrasi BPA ke dalam air.
Yeni Restiani dari BPOM juga menekankan pentingnya menjaga prosedur pencucian dan penyimpanan galon yang benar. Penggunaan air pada suhu tinggi atau proses pembersihan yang menyebabkan goresan dapat memperburuk migrasi BPA.
Temuan ini semakin memperkuat seruan para ahli agar distribusi AMDK galon diatur lebih baik, terutama di daerah-daerah seperti Medan, Bandung, dan Manado, yang menjadi sorotan utama dalam penelitian ini.