Kitakini.news - Banyaknya kasus permasalahan hukum antara guru dengan siswadan orang tua karena terdapat kelemahan dari guru. Seperti kasus Supriyani yangterlibat kasus hukum dengan orang tua siswa.
Sampai saat ini guru tidak memiliki Undang-undanguntukmelindungi profesi seorang guru. Hal itu disampaikan Budayawan Sujiwo Tedjosaat tampil jadi pembicara di Sumut Inspiring Teacher 2024, Senin (19/11/2024).
"Banyak terjadi kekerasan terhadap guru yang membuat posisiseorang guru lemah karena berhadapan dengan undang undang perlindungan anak danperempuan," ujar Sujiwo Tedjo.
Kondisi seperti ini bisa saja dimanfaatkan secara sepihakoleh orang orang yang bermasalah dengan guru. Untuk itu Sujiwo melihat undang-undangperlindungan terhadap guru sudah harus dibuat secepatnya.
"Undang undang atau kode etik ada dimiliki profesi lainseperti pers. Maka guru pun harus memiliki undang undang terhadap profesi guru.Untuk itu saya mendukung undang undang perlindungan terhadap profesi seorangguru," tutur Sujiwo.
Suwijo juga menyatakan saat ini terjadi pergeseran nilaiseorang guru dari dulu hingga sekarang. Saat ini harkat seorang guru sudahjatuh. "Di depan saya, kawan saya seorang guru, menelpon orang tua siswanya.Dia minta izin untuk memarahi anaknya karena merusak bangku. Sampaisebegitunya," ujar Sujiwo.
Salah satu penyebab siswa tidak menghormati gurunya yakniketika seorang guru mendatangi rumah siswanya untuk mengajari sang anak. "Sayatidak akan mengulangi kesalahan saya. Apa itu? Saya memanggil guru ngaji anaksaya ke rumah saya. Harusnya anak sayalah yang mendatangi rumah sang guru, agardia menghormati gurunya," kata Sujiwo.
Menurutnya banyak kasus permasalahan hukum antara guru dansiswa atau guru dengan orang tua siswa. Ada guru yang menghukum siswanya untukmendisiplinkan siswanya, namun terkadang orang tua siswa merasa keberatansehingga terjadi permasalahan hukum.
"Dulu saya jika dihukum guru, orang tua saya malahmensyukurinya. Guru menghukum siswanya untuk membentuk karakter. Dan banyakkawan-kawan saya yang dulunya sering ditempeleng, dijewer, dihukum, namun sekarangmalah berhasil jadi orang," papar Sujiwo.
Sujiwo menduga orang tua yang anaknya hanya dua membuatmereka jadi reaktif jika terjadi sesuatu terhadap anaknya. "Saya bersaudarasebanyak 9 orang. Itu masih untung ingat nama-namanya. Kalo terjadi sesuatu dengansaudara saya, masih ada 8 lagi. Nah, karena ini anaknya cuma jadi reaksinyaberlebihan," ucapnya.
Dia berharap guru jangan takut memberikan hukuman kepadasiswanya dalam hal membentuk karakter dan sikap siswa agar lebih memiliki sifatyang berbudi luhur terhadap siapa pun terutama gurunya.