Sepenggal Cerita Unik Petinju Legendaris Syamsul Anwar di PON XXI

Heru - Rabu, 18 September 2024 01:03 WIB
(Diskominfo Sumut)
Petinju legendaris Syamsul Anwar Harahap hadir sebagai narasumber di konferensi pers Panitia PB PON XXI Sumut-Aceh di Media Center Utama wilayah Sumut, Senin (16/9/2024).

Kitakini.news -Petinju legendaris Syamsul AnwarHarahap berbagi sepenggal kisah mengenai perjalanan hidupnya menjadi seorangpetinju profesional. Tumbuh besar dalam kondisi tangan kanan mengalami lumpuhakibat polio, Syamsul membuktikan dirinya mampu menjadi petinju hebat yangditakuti lawan-lawannya, hingga diberi julukan 'Buldozer'.

Cerita ini disampaikan Syamsul Anwar saat dihadirkan sebagai narasumber dikonferensi pers Panitia Besar Peka Olahraga Nasional (PB PON) di Media CenterUtama PON XXI wilayah Sumut, Senin (16/9/2024).

Konferensi Pers yang dipandu Ketua Bidang Media dan Humas Panwasrah PON XXIAceh-Sumut Raja Parlindungan Pane itu mengambil tema "Membangun PrestasiMelalui Pembinaan Olahraga Berkelanjutan".

Syamsul Anwar merupakan mantanpetinju asal Provinsi Sumut. Ia merupakan anak dari pasangan Bisman Harahap danNauly Siregar. Pria 67 tahun yang lahir pada 1 Agustus 1952 ini kini tinggal diKabupaten Padanglawas Utara (Paluta) yang merupakan salah satu kabupaten diSumut.

Syamsul menuturkan, sejak kecil dirinya mengalami cacat di lengan kanan, karenamenderita polio. Kondisi fisiknya ini membuat orangtuanya prihatin.

Saat duduk di bangku SMP dan SMA di Medan, Syamsul Anwar tinggal bersamaTulangnya (pamannya), Paruhum Siregar yang merupakan seorang pelatih tinju.Namun sang paman tidak pernah melatih dirinya bertinju.

Oleh pamannya, Syamsul Anwar setiap hari hanya disuruh menyiram lapangan supayatidak berdebu, disuruh mengambil peralatan tinju untuk orang berlatih sehinggadia merasa kesal.

"Tidak pernah beliau menyuruh saya latihan tinju. Aneh kan? Tapi saya tau karenadalam pikirannya (pamannya,red) saya tidak mungkin menjadi petinju karenatangan saya sebelah lumpuh," tutur Syamsul Anwar.

Tapi di dalam hati kecilnya Syamsul Anwar berontak. Dia perpikir apa yang tidakbisa asalkan mau berusaha. Jiwa Syamsul berontak setelah ibunya berceritamengenai kisah pelari AS Wilma Rudolph yang merebut medali emas maratonOlimpiade 1960. Sama seperti dirinya, Rudolph memiliki cacat fisik di kakinyaakibat serangan polio.

Dia pun menjadi termotivasi. Saat melihat jemuran, dia merasa seperti melihatmusuh. Karena itu ia berusaha menghindar dan memukul. Hal ini sebenarnya sangatrelevan dengan tinju dimana memukul dan menghindar merupakan bagian dariteknik.

Melihat potensi yang ada pada dirinya, sang paman Paruhum Siregar akhirnyamelatih Syamsul Anwar untuk menjadi petinju profesional. Hingga akhirnyaSyamsul Anwar merajai kelas welter ringan nasional hingga Asia. Syamsul jugabeberapa kali mewakili Indonesia di ajang bergengsi dari SEA Games hinggaOlimpiade.

Terkait atlet PON XXI tahun 2024 yang saat ini masih bertanding, Syamsul Anwarmenyampaikan pesan. Menjadi petinju menurutnya cukup berat karena harusmemiliki mental yang kuat. "Menjadi petinju memang cukup berat karena kitaharus mudah memukul dan susah dipukul. Jika kita punya keduanya otomatis lawanakan takut," ujarnya.

Membina prestasi atlet pun menurutnya harus dilakukan secara berkelanjutan,dengan mengadakan kejuaraan-kejuaraan, agar muncul bibit-bibit baru berupaatlet-atlet muda untuk dilatih secara professional. (**)

Editor
: Redaksi

Tag:

Berita Terkait

Olahraga

Duta dan Sarohatua Berpotensi Raih Emas di PON XXI Aceh-Sumut

Olahraga

Kontroversi Kemenangan Tinju Sumut di PON XXI Wasit Dinonaktifkan

Olahraga

Protes Diduga Terjadi di Cabor Tinju PON 2024, Narasi Video: Petinju Papua Jatuhkan Lawan, Petinju Sumut yang Menang

Olahraga

Sudako: Angkutan Kota Legendaris yang Mulai Hilang di Medan

Olahraga

Perkara Narkoba, PT Medan Kuatkan Hukuman 10 Tahun Penjara Mantan Petinju Terbaik Piala Gubsu 2017

Olahraga

Angela Carini Tinggalkan Ring Setelah Kesakitan Pukulan Imane Khelif: Kontroversi Gender di Ring Tinju Olimpiade