Dampak Infobesity Pada Pemilih Pemula

Heru - Senin, 23 Oktober 2023 20:05 WIB
Gorby
Fatah Baginda Gorby Siregar

kitakini.news -Generasi Millenial dan Gen-Z bisadikatakan sebagai pemilih terbanyak pada tahun 2024. Komisi Pemilihan UmumRepublik Indonesia (KPU) dalam keterangan resminya, sebanyak 52 persen pemilihberasal dari kaum muda pada 2024.

Pemilih muda ini akan menjadi bahanrebutan para peserta pemilu. Beragam isu akan tersaji guna memikat para pemilihmuda. Isu-isu yang menjadi pilihan, biasanya sarat dengan keterkaitan calonkepada sang pemilih.

Keterkaitan ini lebih meluas, tidakhanya masalah, isu-isu korupsi, kemiskinan, kesejahteraan dan kompetensi. Akantetapi, keterkaitan yang juga kepada keberpihakan, kesetaraan calon dalammelihat olahraga, games, fashion, gaya hidup apapun yang berbau dengankekinian.

Pemilih millenial dan Gen-Z padaakhirnya akan melakukan re-distribusi informasi pada kalangannya sendiri. Banjirnyaarus informasi saat ini, diyakini memudahkan pemilih muda dalam mendapatkanreferensi memilihnya. Akan tetapi, banjir tersebut akan memunculkan infobesity- ledakan informasi.

Infobesityatauinformationobesity(obesitas informasi) adalah kondisi ketika seseorang dihadapkanpada banyaknya pilihan informasi yang berdampak pada proses pengambilankeputusannya, (Tempo, Agustus 2023).

Maka fungsi identifikasi, verifikasiyang menjadi ranah literasi digital maupun konvensional harus ditingkatkan. Ditengah arus yang begitu deras, esensi informasi harus berbasis data dan fakta.

Demokrasi yang sehat memilikipra-syarat ketersediaan informasi publikyang transparan dan akuntabel. Saat ini, kita disajikan dalam sebuah drama politikdengan berbagai narasi dari sudut pandang yang berbeda.

Drama itu terkemas rapi padaberbagai konten sesuai selera pembuat agenda setting. Konten-konten ituberseliweran pada medsos dan platform medianya anak-anak muda.

Akurasi, ketepatan, keteraturan,berimbang, tidak lagi menjadi indikator penyedia informasi. Kita sudah masifmelahap informasi yang cenderung subjektif.

Sehingga, ujung dari masalah ini,seseorang dapat mengalami fanatisme buta, hanya karena satu informasi yang iapercaya.

Guru saya, romo Franz Magnis-Suseno(1986) di dalam bukunya, pernah menukil kisah Syndrome Tikus lemming. Jenishewan pengerat yang berasal dari negara Skandinavia utara dan Skotlandia. Lemmingini, hidup soliter, bergerombol pada dataran tinggi. Akan tetapi ada satuwaktu, rombongan tikus ini bergerak bersama-sama ke suatu arah.

Oleh karena jumlahnya yang begitubanyak, tidak ada yang mampu menghentikan pergerakan tikus ini. Semuanyabergerak secara serentak, secara sadar berjalan terus hingga ke tepi suatujurang di dataran tinggi.

Di sana, mereka akan terus berjalanhingga jatuh bersama-sama ke dasar laut di bawah jurang itu. Semua tiadatersisa hingga lemming terakhir.

Pola migrasi lemming ini yangsebagian orang mengatakan bunuh diri massal ini, dapat dikatakan hampir samadengan generasi sekarang.Kita bergerak bersama-sama,serentak, dengan seluruh kesibukan masing-masing, ke satu arah, yaitu jurang,untuk kemudian binasa bersama-sama.

Kendati akan ada lemming yangselamat, oleh karena, ia berhasil berenang atau diselamatkan oleh ayahnya, tetap saja mayoritas tikus itu binasa.

Binasa karena dis-informasi,kebenaran semu, fanatisme buta dan kekacauan. Keadaan ini kemudian diperparahdengan perwakilan anak muda yang maju pada kontestasi pemilu akan datang.

Anak-anak muda yang sebagian besarmendapatkan kemudahan aksesibilitas dalam politik. Tanpa proses, latihan,penggembelengan dan lainnya. Pada akhirnya menciptakan pemimpin kualitas salon.

Bila praktik-praktik penyelewenganmasa lampau, tetap dilakukan oleh anak muda yang ikut berkontestasi pada pemiluini, maka bangsa ini akan semakin surut ke belakang.

Adanya pemilih dengan 'klaimkebenaran' tunggal dan pemimpin muda manipulatif dengan segala ilusi yang adapadanya.Fenomena ini, harus segera disadariseluruh komponen bangsa, untuk menghindari kekacauan yang lebih besar.

Penulis: Fatah Baginda Gorby Siregar (Mantan jurnalis, akademisi, Tenaga Ahli DPRD Sumut)

Editor
: Heru

Tag:

Berita Terkait

Opini

Sebanyak 43 Daerah Berpotensi Gelar Pilkada 'Lawan Kotak Kosong'

Opini

Pelantikan 30 Anggota DPRD Padangsidimpuan Periode 2024-2029, Ini Namanya

Opini

Tren Fashion Milenial: Tampil Stylish di Usia 30-an dengan Tips dari Cecil Xu

Opini

Dipecat NasDem, Aulia Agsa Menggugat, Ini Kata Pengamat

Opini

Tri Bidik Pemberdayaan 100 Ribu Gen Z Sumatera

Opini

Persiapan PSU untuk Calon DPD RI Dapil Sumbar, Ini Persiapan KPU Padang