Kitakini.news -Nama bubur pedas tentu sudah tak asing lagi bagi warga medan ketika bulan puasa tiba. Bagaimana tidak, menu ini identik dengan budaya
Melayu khas
Deli yang bermukim di Medan.
Melansir berbagai sumber, Kamia (14/3/2024), sejarah mencatat kalau bubur pedas sudah disajikan sejak 1909 sebagai menu berbuka puasa di lingkungan Kesultanan Deli. Tepatnya pada era Tuanku Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alam Syah.
Ada juga yang menyebutkan bahwa makanan ini berasal dari pengaruh budaya Melayu, Tionghoa, dan India yang datang ke Medan pada zaman kolonial Belanda.
Kemudian, makanan ini diadopsi dan dimodifikasi menjadi lebih pedas dan kaya akan rempah-rempah oleh orang-orang Tionghoa dan Melayu di Medan.
Selain punya riwayat sejarah yang panjang, rasa bubur pedas juga punya daya pikat yang berbeda dibanding bubur-bubur lain. Yang jelas, meskipun namanya mengandung kata "pedas", sebenarnya bubur ini tidak terlalu pedas.
Malah cenderung lebih ke menghangatkan tubuh karena dikonsumsi ketika panas. Soal hangat ini berasal dari bahan rempah-rempah. Aneka rempah-rempah tersebut disajikan bersama kentang, wortel, dan tauge.
Bubur Pedas Deli memiliki rasa yang pedas dan gurih, serta aroma yang khas dari rempah-rempah yang digunakan. Makanan ini biasanya disajikan dalam mangkuk kecil atau batikar dan disajikan dengan sendok kecil.
Namun, bubur pedas mulai langka di pasaran. Kuliner Medan ini hanya tersaji di momen-momen tertentu, misalnya bulan Ramadan.*